Ide pokok dari SULITNYA MEREDUKSI KEMISKINAN (Refleksi Memperingati Hari Anti-Kemiskinan 17 Oktober 2017 ) OLEH : ANDI HARIS DOSEN DEPARTEMEN
B. Indonesia
purgiyatri
Pertanyaan
Ide pokok dari
SULITNYA MEREDUKSI KEMISKINAN
(Refleksi Memperingati Hari Anti-Kemiskinan 17 Oktober 2017 )
OLEH : ANDI HARIS
DOSEN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FISIP UNHAS
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena sosial yang seakan tak ada hentinya menjadi wacana publik. Karena itu, begitu pentingnya isu ini sehingga tidak mengherankan jika upaya untuk mengatasi kemiskinan telah di lakukan berbagai pertemuan baik pada tingkat Lokal, Nasional maupun Internasional yang melibatkan banyak kalangan mulai dari Peneliti, Aktivis organisasi non pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, budayawan, seniman hingga pejabat setingkat kepala Negara. Namun sayangnya, patologi sosial ini masih bisa di temui di berbagai tempat terutama di Kota Metropolitan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi serta setumpuk permasalahan sosial lainnya. Di Indonesia misalnya menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) yang mencatat jumlah penduduk miskin sampai maret 2017 menyentuh angka 27,77 juta orang dan ini mengalami pertambahan di bandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2016 yang bertengger di angka 27,76 juta orang. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin sifatnya fluktuatif dan ini tergantung pada sejumlah faktor termasuk komoditi makanan serta kebutuhan akan sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan memang merupakan sebuah masalah yang terbilang rumit karena tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga bernuansa sosial budaya yang meliputi munculnya sikap apatis, fatalistik, apolitis, ketidak berdayaan serta berdimensi struktural dan politis dalam arti keluarga miskin tidak memiliki akses dalam proses politik yang berdampak pada tergusurnya posisi mereka ke strata sosial paling bawah.
Yang lebih parah lagi, sebab sekalipun jumlah warga miskin secara kuantitatif kerap kali mengalami penurunan tapi di pandang dari aspek kualitatif ternyata tetap saja menjadi sebuah persoalan yang tergolong kompleks dan ini dapat di amati pada bertebarannya warga miskin yang meliputi gelandangan, pengemis serta anak jalanan entah itu yang di kategorikan sebagai Children on the Street maupun Children of the Street. Tak hanya itu, gejala ini pun rupanya berimplikasi terhadap meningkatnya angka kejahatan yang di sertai dengan kekerasan sosial dalam bentuk perampokan, pembunuhan, pencurian dan menjamurnya pekerja seks komersial. Lantas apa yang patut di maknai pada masalah ini yaitu ternyata upaya untuk memberdayakan keluarga miskin sudah barang tentu memerlukan sebuah proses yang sangat panjang dan dukungan finansial yang tergolong besar. Selain itu harus di akui jika setiap Negara kerap kali memiliki pendekatan yang berbeda dalam memerangi kemiskinan. Hanya saja, dalam praktiknya sering kali upaya ini dihadapkan pada suatu masalah tersendiri misalnya terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang dalam mengelola bantuan warga miskin sehingga hal tersebut berdampak pada terhambatnya kegiatan pemberdayaan penduduk miskin.
Oleh sebab itu, di rasa perlu adanya koordinasi dan kerja sama yang sinergis di antara institusi yang terlibat dalam proses pengentasan kemiskinan dan dengan demikian harapan untuk mereduksi jumlah penduduk miskin bisa terealisasi di satu sisi sementara di sisi lain aksi untuk menggalakan program pengentasan kemiskinan termasuk mengikis eksploitasi bagi keluarga miskin, redistribusi pendapatan yang lebih merata, melakukan konstruksi sosial dalam rangka pengembangan etos kerja, peningkatan keterampilan dan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi bagi kelompok sosial yang berada pada level arus bawah, pembangunan infrastruktur yang dapat mempermudah akses komunikasi dan transportasi terutama di daerah yang terisolir, memperkuat net working di antara mereka yang memiliki kepekaan sosial terhadap orang pinggiran serta membangun policy advocacy yang di harapkan sanggup mempengaruhi kebijakan pemerintah dan lembaga yang di nilai pro bagi kepentingan kaum marginal yang mana semua ini amat
SULITNYA MEREDUKSI KEMISKINAN
(Refleksi Memperingati Hari Anti-Kemiskinan 17 Oktober 2017 )
OLEH : ANDI HARIS
DOSEN DEPARTEMEN SOSIOLOGI FISIP UNHAS
Kemiskinan merupakan sebuah fenomena sosial yang seakan tak ada hentinya menjadi wacana publik. Karena itu, begitu pentingnya isu ini sehingga tidak mengherankan jika upaya untuk mengatasi kemiskinan telah di lakukan berbagai pertemuan baik pada tingkat Lokal, Nasional maupun Internasional yang melibatkan banyak kalangan mulai dari Peneliti, Aktivis organisasi non pemerintah, akademisi, tokoh masyarakat, budayawan, seniman hingga pejabat setingkat kepala Negara. Namun sayangnya, patologi sosial ini masih bisa di temui di berbagai tempat terutama di Kota Metropolitan yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi serta setumpuk permasalahan sosial lainnya. Di Indonesia misalnya menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) yang mencatat jumlah penduduk miskin sampai maret 2017 menyentuh angka 27,77 juta orang dan ini mengalami pertambahan di bandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada September 2016 yang bertengger di angka 27,76 juta orang. Meskipun demikian, persentase penduduk miskin sifatnya fluktuatif dan ini tergantung pada sejumlah faktor termasuk komoditi makanan serta kebutuhan akan sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan. Kemiskinan memang merupakan sebuah masalah yang terbilang rumit karena tidak hanya berdimensi ekonomi tapi juga bernuansa sosial budaya yang meliputi munculnya sikap apatis, fatalistik, apolitis, ketidak berdayaan serta berdimensi struktural dan politis dalam arti keluarga miskin tidak memiliki akses dalam proses politik yang berdampak pada tergusurnya posisi mereka ke strata sosial paling bawah.
Yang lebih parah lagi, sebab sekalipun jumlah warga miskin secara kuantitatif kerap kali mengalami penurunan tapi di pandang dari aspek kualitatif ternyata tetap saja menjadi sebuah persoalan yang tergolong kompleks dan ini dapat di amati pada bertebarannya warga miskin yang meliputi gelandangan, pengemis serta anak jalanan entah itu yang di kategorikan sebagai Children on the Street maupun Children of the Street. Tak hanya itu, gejala ini pun rupanya berimplikasi terhadap meningkatnya angka kejahatan yang di sertai dengan kekerasan sosial dalam bentuk perampokan, pembunuhan, pencurian dan menjamurnya pekerja seks komersial. Lantas apa yang patut di maknai pada masalah ini yaitu ternyata upaya untuk memberdayakan keluarga miskin sudah barang tentu memerlukan sebuah proses yang sangat panjang dan dukungan finansial yang tergolong besar. Selain itu harus di akui jika setiap Negara kerap kali memiliki pendekatan yang berbeda dalam memerangi kemiskinan. Hanya saja, dalam praktiknya sering kali upaya ini dihadapkan pada suatu masalah tersendiri misalnya terjadinya penyalahgunaan kekuasaan dan wewenang dalam mengelola bantuan warga miskin sehingga hal tersebut berdampak pada terhambatnya kegiatan pemberdayaan penduduk miskin.
Oleh sebab itu, di rasa perlu adanya koordinasi dan kerja sama yang sinergis di antara institusi yang terlibat dalam proses pengentasan kemiskinan dan dengan demikian harapan untuk mereduksi jumlah penduduk miskin bisa terealisasi di satu sisi sementara di sisi lain aksi untuk menggalakan program pengentasan kemiskinan termasuk mengikis eksploitasi bagi keluarga miskin, redistribusi pendapatan yang lebih merata, melakukan konstruksi sosial dalam rangka pengembangan etos kerja, peningkatan keterampilan dan kemampuan dalam pemanfaatan teknologi bagi kelompok sosial yang berada pada level arus bawah, pembangunan infrastruktur yang dapat mempermudah akses komunikasi dan transportasi terutama di daerah yang terisolir, memperkuat net working di antara mereka yang memiliki kepekaan sosial terhadap orang pinggiran serta membangun policy advocacy yang di harapkan sanggup mempengaruhi kebijakan pemerintah dan lembaga yang di nilai pro bagi kepentingan kaum marginal yang mana semua ini amat
1 Jawaban
-
1. Jawaban ripahriput
kemiskinan merupakan sebuah fenomena yang seakan tak ada hentinya menjadi wacana publik..
kalau ide pokok sama paragraf